Total Tayangan Halaman

Sabtu, 26 Januari 2013

makalah pendidikan sebagai kapital



Pendidikan Sebagai Kapital
MAKALAH

Dosen Pengampu : Fitria Eka Wulandari ,M.Pd


Disusun Oleh :
Kelompok 14




PROGRAM STUDI PGSD
FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2012


MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah sosiologi pendidikan pada program studi S1 Pendidikan dasar

Disusun Oleh :
Kelompok 14

1.        Wahyu Niken Irbawati
NIM: 118620600137
2.        Rischa Ayuni
NIM: 118620600106
3.        Khoirul Amin
NIM: 118620600114
4.        Moh.Dicky Firmansyah
NIM: 118620600145
               


PROGRAM STUDI PGSD
FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2012
Kata Pengantar


Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas selesainya penulisan makalah Pendidikan Sebagai Kapital.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan perlu perbaikan. Untuk itu, diperlukan adanya kritik dan saran yang positif demi kesempurnaan makalah ini. Dengan adanya kritik dan saran akan lebih memacu kami agar dapat menghasilkan suatu karya tulis yang lebih baik lagi.
 Di samping itu, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Fitria Eka Wulandari selaku dosen pembimbing kami yang telah membantu dari awal hingga akhir dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi peserta kita semua. Amin...







                                                            Sidoarjo,10  Nopember 2012

                                                     Tim Penyusun


DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................1
KATAPENGANTAR…………………………………………………….....       .......3
DAFTAR ISI………………………………………………………………..       .......4
BAB I  PENDAHULUAN………………………………………………….      .......5
1.1 Latar Belakang……………………………………………………..     5
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………...  6
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................   6              
BAB II  PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.1 Pengertian kapital . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  7
2.2 Pendidikan sebagai capital manusia. . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.3 Pendidikan sebagai capital…………………… 11

BAB III  PENUTUP…………………………………………………………     15
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………      15
3.2Saran………………………………………………………………..       15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………       16
                                                                                         





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam Era Globalisasi saat sekarang ini, kita dapat melihat sekaligus merasakan  semangkin ketatnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan. hal ini di perburuk dengan keadaan alam yang terasa sudah tidak menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang di perlukan oleh manusia pada khususnya. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat mengolah Sumber Daya Alam (SDA) yang ada sebagai nilai guna yang lebih. Tidak hanya pada pengolahan alam, namun terlebih lagi pada syarat-syarat atribut yang di gunakan untuk kualifikasi dalam bidang sektor-sektor pekerjaan yang ada. Tolak ukur yang pertama dalam kualifikasi pekerjaan adalah pendidikan. Oleh sebab itu, semangkin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semangkin besar peluang untuk mendapat pekerjaan yang layak dan baik itulah jawaban umum di era global saat ini. Dalam perkembangan nya dahulu, Pendidikan dalam pandangan tradisional selama sekian dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat, dalam konteks ini pelayanan pendidikan sebagai bagian dari public service atau jasa layanan umum dari Negara kepada masyarakat yang tidak memberikan dampak langsung bagi perekonomian masyarakat, sehingga pembangunan pendidikan tidak menarik untuk menjadi tema perhatian, kedudukannya tidak mendapat perhatian menarik dalam gerak langkah pembangunan.
Opini yang berkembang justru pembangunan sektor pendidikan hanyalah sektor yang bersifat memakan anggaran tanpa jelas manfaatnya (terutama secara ekonomi). Pandangan demikian membawa orang pada keraguan bahkan ketidakpercayaan terhadap pembangunan sektor pendidikan sebagai pondasi bagi kemajuan pembangunan disegala sektor. Ketidakyakinan ini misalnya terwujud dalam kecilnya komitmen anggaran untuk sektor pendidikan. Mengalokasikan anggaran untuk sektor pendidikan dianggap buang-buang uang yang tidak bermanfaat. Akibatnya alokasi anggaran sektor pendidikan pun biasanya sisa setelah yang lain terlebih dahulu. Cara pandang seperti itu sekarang sudah mulai tergusur sejalan dengan ditemukannya pemikiran dan bukti ilmiah akan peran dan fungsi vital pendidikan dalam memahami dan memposisikan manusia sebagai kekuatan utama sekaligus prasyarat bagi kemajuan pembangunan dalam berbagai sektor.
Konsep pendidikan sebagai sebuah investasi dalam bentuk Human Capital (Modal Manusia) telah berkambang secara pesat dan semakin diyakini oleh setiap Negara bahwa pembangunan sektor pendidikan untuk meningkatkan modal manusia merupakan prasyarat kunci bagi pertumbuhan sektor-sektor pembangunan lainnya.

1.2  Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan kapital ?
2.    Mengapa pendidikan dikatakan sebagai kapital manusia?
3.    Mengapa pendidikan dikatakan sebagai kapital sosial ?


1.3  Tujuan
Setiap sesuatu yang ada didunia ini pasti mempunyai tujuan tersendiri tak terkecuali makalah ini, yang pastinya juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh kami, diantaranya adalah:
1.      Mengetahui tentang pendidikan dikatakan sebagai kapital.
2.      Mengetahui mengapa pendidikan dikatakan sebagai kapital manusia.
3.      Mengetahui mengapa pendidikan dikatakan sebagai kapital sosial.
4.      Sebagai pengalaman dalam dunia kepenulisan yang dituntut untuk selalu memberikan asupan terhadap perkembangan kehidupan.
5.      Untuk menenuhi tugas kelompok mata kuliah sosiologi pendidikan.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kapital
Secara etimologis, kapital berasal dari kata “capital” yang akar katanya dari kata latin, caput yang berarti “kepala”. Adapun artinya dipahami pada abat ke-12 dan ke-13, adalah dana, persediaan barang, sejumlah uang dan bunga pinjaman.
Dalam tulisan ini, “capital” tidak diterjemahkan sebagai modal seeprti kelaziman yang dilakukan oleh banyak orang. Alasannya seperti yang dikemukakan oleh lawang dalam bukunya “kapital sosial: dalam perspektif sosiologik suatu pengantar”, yaitu pertama, capital(inggris) memang berarti modal, boleh dalam bentuk yang biasanya digunakan untuk belanja barang kapital fisik yang memungkinkan suatu investasi dapat berjalan.
Dalam penegertian ini tampaknya tidak ada keberatan berarti yang menyangkut pengertian kapital. Kedua dalam bahasa indonesia orang sering menyebutnya modal dengkul, yang artinya tidak ada uang untuk dijadikan modal bagi belanja barang kapital fisik, kecuali tenaga orang itu sendiri, dalam penegrtian tenaga fisik, juga dalam pengertian keterampilan atau gabungan keduanya. Oleh karena itu kapital berhubungan dengan suatu proses yang cukup panjang, yang tidak dapat langsung digunakan seperti halnya dengkul yang ada didepan mata dan siap di gunakan.
Karl marx memandang kapital sebagai satuan bentuk investasi yang diharapkan akan meraup keuntungan dalam pasar. Dengan kata lain nilai surplus yang diperoleh kapitalisdiinvestasikannya kembali kedalam suatu proses produksi dan sirklus komoditas agar dapat meraih keuntungan yang lebih besar lagi lewat nilai surplus.
Gagasan teori kapital yang dikembangkan oleh karl marx menjadi bahan mentah bagi perkembangan teori kapital selanjutnya. Oleh karena itu salah satu ide yang berkembang pada teori kapital berikutnya adalah melihat bahwa kapital merupakan suatu bentuk nilai surplus dan investasi  yang diharapkan pengembaliannya seperti pendapatan, keuntungan, atau laba dalam arti yang luas.
Pada periode sejarah perkembangan teori neokapital, kapital berkembang dalam berbagai bentuk dan dimensi seperti kapital manusia(human capital), kapital sosial(social capital), kapital budaya(cultural capital), dan kapital simbolik(symbolic capital). Kesemua teori kapital baru ini tumbuh dan berkembang berdasarkan gagasan awal tentang kapital, yaitu kapital dilihat sebagai suatu bentuk nilai surplus dan investasi yang diharapkan pengembaliannya dalam berbagai bentuk keuntungan, pendapatan, laba, perolehan, kelebihan, dan kesempatan.

2.2 Pendidikan Sebagai Kapital Manusia
Konsep kapital manusia (human capital) diperkenalkan oleh Theodore W.Schultz lewat pidatonya berjudul “investment in human capital” dihadapan para ekonom amerika pada 1960, kemudian dipublikasikan melalui jurnal american economic review, pada maret 1961. Sebelumnya, para ekonom hanya mengenal kapital fisik berupa alat-alat, mesin, dan peralatan productif lainnya yang memberikan konstribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Gagasan tentang kapital manusia juga berkembang kedalam sosiologi seperti yang dilakukan oleh parsons, coleman, blau, dan duncan.
Gagasan kapital yang diajukan schultz melalui “invewstment in human capital” adalah bahwa proses pemerolehan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan bukan sekedar sebagai suatu kegiatan konsumtif, melainkan suatu bentuk investasi sumber daya manusia (SDM) pendidikan, sebagai salah satu wujud sarana pembangunan kualitas manusia, memiliki kontribusi langsung terhadap pertumbuhan pendapatan negara melalui peningkatan keterampulan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja.
a)      Pengertian kapital manusia.
Dari gagasan awal kapital manusia yang diajukan oleh Schultz tersebut telah berkembang berbagai batasan penegertian (definisi) tentang kapital manusia.
Ace suryadi dalam bukunya “pendidikan, investasi SDM dan Pembangunan” menemukan bahwa kapital manusia menunjuk pada tenaga kerja yang merupakan pemegang kapital sebagaimana tercermin didalam keterampilan, pengetahuan, dan productivitas kerja seseorang.
Selain itu Elinor Ostrom melihat kapital manusia sebagai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh seseorang yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan.
Sementara Robert M.Z. Lawang merumuskan kapital manusia sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang melalui pendidikan, pelatihan, dan /atau pengalaman dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan yang perlu untuk melakukan kegiatan tertentu.
Dari beberapa rumusan kapital manusia tersebut diatas tidak tampak perbedaan yang mencolok diantara satu sama lain. Kapital manusia diciptakan dengan mengubah manusia dengan memberikan mereka keterampilan dan kemampuan yang memampukan mereka bertindak dengan cara-cara baru. Kapital fisik berjuwud. Ia diwujudkan dalam bentuk materi yang jelas. Adapun kapital manusia tidak berwujud, ia diwujudkan dalam keterampilan dan pengetahuan yang dipelajari oleh individu.
b)      Perkembangan teori kapital manusia.
Akar perkembangan teori kapital manusia dapat ditelusuri dalam pemikiran peletak dasar ilmu ekonomi modern, yaitu Adam Smith. Menurut Adam Smith seperti yang dikatakan oleh suryadi, kapital manusia terdiri atas kemampuan dan kecakapan yang diperoleh semua anggota masyarakat. Pemerolehan kemampuan, yang dapat dilakukan melalui pendidikan, belajar sendiri, atau belajar sambil bekerja memerlukan biaya yang harus dibayar oleh orang yang bersangkutan . menurut Smith , lanjutan Suryadi, kemampuan dan keterampilan mennggunakan mesin-mesin sama pentingnya dan mahalnya dengan mesin-mesin itu sendiri. Kemampuan dan keterampilan ini, oleh sebab itu dapat dipandang sebagai kapital.
Theodore W.Schultz memberikan batasan yang tegas apa yang disebut dengan kapital manusia. Gagasan Schultz tentang kapital manusia ini telah memberikan motivasi bagi para ekonom untuk mengembangkan studi lebih lanjut tentang kapital manusia.
Teori kapital manusia. Seperti teori yang lainnya, menuai beberapa kritikan. Ace Suryadi menemukan beberapa kritikan yang ditunjukan pada teori kapital manusia dan dikelompokkan kedalam empat kelompok besar yaitu:
1)      Pengaruh tidak langsung. Suryadi mendapatkan penelitian herbert gintis yang menemukan bahwa pendidikan atau latihan memang penting bagi tenaga kerja, tetapi tidak secara langsung dalam pengembangan keterampilan dan kemampuan.
2)      Efek kredesianlisme. Suryadi selanjutnya menemukan bahwa perluasan pendidikan hanya memberikan pengaruh yang snagat kecil terhadap productivitas tenaga kerja. Perluasan kesempatan pendidikan justru menyebabkan pasokan berlebih tenaga kerja terdidik dengan rentangan kualifikasi tenaga kerja yang semakin besar karena sertifikasi pendidikan telah dilegitimasikan sebagai syarat penting untuk mendapat pekerjaan.
3)      Asumsi. Suryadi menyebutkan bahwa pendidikan dipandang sebagai screening device, karena pendidikan tidak langsung meningkatkan productivitas dan keterampilan lulusan sebagai calon pegawai.
4)      Regularitas. Menurut Suryadi keteraturan atau regularitas dala penemuan-penemuan penelitian tentang kapital manusia tidak dapat digeneralisasikan karena snagat bergantung pada karakteristik dan sigmen masyarakat.
c)      Pendidikan sebagai kapital manusia.
dari pengertian konsep dsn teori kapital manusia yang berkembang bahwa pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan atribut serupa lainnya yang diperoleh seseorang yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan dalam kehidupannya dapat diperoleh melalui berbagai pendidikan, yaitu pendidikan formal seeprti disekolah, pendidikan nonformal seeprti pada tempat kursus maupun pendidikan informal seeprti belajar lifeskill di surau. Kesemua pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan atribut lainnya ini dipandang sebagai kapital manusia.
Pengakuan kepemilikan kapital manusia berupa pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan atribut lainnya di wujudkan dalam cara yang berbeda. Pengakuan terhadap kapital manusia yang diperoleh melalui pendidikan formal diwujudkan dalam bentuk ijazah pendidikan. Pengakuan terhadap kapital manusia yang didapatkan lewat pendidikan nonformal ditunjukan oleh pemerintah lewat sertifikat yang dimiliki. Sementara pengakuan terhadap kapital manusia yang didapatkan lewat pendidikan informal biasanya tidak melalui ijazah atau sertifikat yang dimiliki tetapi cenderung bersifat informal.

2.3  Pendidikan Sebagai Kapital Sosial
     1. Pengertian kapital sosial
`       Berikut beberapa pengertian yang dikemukakan beberapa ahli tentang kapital sosial.
v  Piere Bourdieu (1986), mendefinisikan kapital sosial sebagai “sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang berasal dari jaringan sosial yang terlembaga serta berlangsung terus-menerus dalam bentuk pengakuan dan perkenalan timbal balik (dengan kata lain,kengaggotaan dalam kelompok sosial) yang memberikan kepada anggotanya berbagai bentuk dukungan kolektif”.
v  James Coleman (2008:268), merumuskan pengertian kapital sosial sebagai “ seperangkat sumber daya yang inheren dalam hubungan keluarga dan dalam organisasi sosial komunitas serta sangat berguna bagi pengembangan kognitif dan sosial seorang anak”.
v  Jonathan H.Tuner berpendapat bahwa kapital sosial menunjuk pada kekuatan yang meningkatkan pontensial untuk perkembangan ekonomi dalam suatu masyarakat dengan menciptakan dan mempertahankan hubungan sosial dan pola organisasi sosial.
v  Robert M.Z.Lawang seorang sosiolog indonesia mendefinisikan kapital sosial sebagai semua kekuatan sosial komunitas yang dikonstruksikan oleh individu atau kelompok dengan mengacu pada struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individu atau kelompok secara efisien dan efektif dengan kepital lainnya.
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kapital sosial merupakan investasi sosial yang meliputi sumber daya sosial seperti jaringan, kepercayaan, nilai, dan norma serta kekuatan menggerakan ,dalam struktur hubungan sosial untuk mencapai tujuan individual atau kelompok secara efektif dan efisien dengan kapital lainnya.
2. Kontroversi Pemahaman Kapital Sosial
Konsep kapital sosial merujuk pada kemampuan individu untuk memodilisasi sumber-sumber langkah terhadap permintaan. Sumber langkah ini memiliki karakteristik sebagai “hadiah” , sebab sumber ini tidak diharapkan untuk dibayar dalam sejumlah uang atau nilai lainnya pada periode masa tersebut. Sumber yang diperoleh lewat kapital sosial tersebut sering mengandung harapan resiprositas pada bentuk yang sama dimasa datang. Protes mengajukan empat sumber kapital sosial yaitu nilai, solidaritas, resiprositas, dan kepercayaan. Mendidik anak sampai “berhasil” sesuai dengan kemampuan misalnya merupakan suatu nilai yang hampir ditemukan pada semua suku bangsa didunia. Mendidik anak itu sendiri bukan merupakan kapital sosial, tetapi sumber dari kapital yang dilandaskan nilai yang diterima umum dalam masyarakat. Adapun sosial kapital adalah kemampuan seseorang untuk mendidik anak sehingga berhasil. Keberhasilan itu pada akhirnya membuat orang ini pada masa datang menerima “sesuatu” dari anak, kelakuan sosial yang baik dimasa tua.
Ringkasannya dapat dilihat dari tabel
Tabel kapital sosial dan tipe-tipenya menurut portes:
sumber
Motivasi donor
Alasan
contoh
nilai
altruistik
Moral umum yang imperatif
Pemberian orang tua pada anak
solidaritas
altruistik
Identifikasi dengan kebutuhan dan tujuan kelompok dalam
Pemberian pada orangs ekampung
resiprositas
instrumental
Harapan kembalian yang sepadan dimasa datang.
Informasi bisnis .
kepercayaan
instrumental
Harapan status komunitas yang lebih tinggi dan kembalian yang spadan dimasa datang yang tunduk pada sanksi kolektif.
. Jaminan utang pada orang sekampung atau sedaerah

Investasi sosial disini adalah sumber daya sosial seperti jaringan, kepercayaan, nilai dan norma serta kekuatan menggerakan. Kapital sebagai investasi sosial memiliki aspek statis dan dinamis. Aspek statis dan dinamis dari kapital sosial bagaikan dua sisi yang berbeda dari koin mata uang yang sama. Aspek statis dari kapital sosial adalah sumber daya sosial. Sedangkan aspek dinamisnya adalah kekuatan menggerakan.
Jaringan sosial merupakan hubungan antar individu yang memiliki makna subjektif yang berhubungan atau dikaitkan dengan sesuatu sebagai simpul dan kaitan . simpul dilihat melalui aktor individu di dalam jaringan . sedangkan ikatan merupakan hubungan antar para aktor ini. Jaringan dikatakan sebagai sumber daya dari kapital sosial karena dengan kepemilikan “hubungan  antara individu yang memiliki makna subyektif yang berhubungan atau dikaitkan dengan sesuatu sebagai simpul dan ikatan “maka para aktor memiliki sesuatu kapital yang mampu diisvestasikan dalam suatu struktur hubungan sosial. Kepercayaan merupakan “kecenderungan prilaku tertentu yang dapat mengurangi resiko yang muncul dari perilakunya.
Definisi kepercayaan yang tidak dikaitkan dengan resiko, juga dikemukakan oleh jucker (1986). Jucker memberi batasan keeprcayaan sebagai “seperangkat harapan yang dimiliki bersama sama oleh semua yang berada dalam pertukaran”.
Nilai-nilai yang dapat menjadi sumber kapital sosial banyak, namun dari sekian banyak sumber kapital sosial yang relevan dengan study sosiologi pendidikan adalah kepercayaan, resiprositas, dan rasa tanggung jawab. Dalam konteks kapital sosial , norma tidak dsapat dilepaskan dengan jaringan , kepercayaan , dan nilai.
3.. pendidikan sebagai kapital sosial.
Mengikuti pendidikan formal dan informal, seseorang dapat memperoleh segala sumber daya sosial seperti jaringan, kepercayaan, nilai dan norma. Contohnya ketika seorang menyelesaikan study disuatu tingkat pendidikan (SD – PERGURUAN TINGGI) ,segera dia memperoleh predikat sebagai alumi dari suatu lembaga pendidikan formal dimana dia belajar. Sumber daya sosial sebagai alumni dari suatu lembaga pendidikan formal, bila mampu mengelolanya menjadi suatu jaringan sosial sesama alumni maka ia akan menjadi kapital sosial. Kapital sosial yang diolah dari sumber daya jaringan alumni akan bertambah kuat bila orang tersebut mampu pula menciptakan suatu derajad kepercayaan antara dia dan para alumni lainnya.











BAB III
PENUTUP
5.1    Kesimpulan.
            Capital manusia diciptakan dengan mengubah manusia dengan memberikan mereka keterampilan dan kemampuan yang memampukan mereka bertindak dengan cara-cara baru. Capital fisik berwujud, ia diwujudkan dalam bentuk materi yang jelas. Adapun capital manusia tidak berwujud, diwujudkan dalam keterampilan dan pengetahuan yang dipelajari individu. Capital fisik memudahkan aktivitas produktif, begitu juga capital manusia
Kapital social adalah investasi social yang meliputi sumber daya social seperti jaringan, kepercayaan, nilai, dan norma serta kekuatan menggerakkan, dalam struktur hubungan social untuk mencapai tujuan individual dan atau kelompok secara efisien dan efektif dengan capital lainnya.
Dari pendapat beberapa ahli mengenai capital budaya, dapat disimpulkan bahwa capital budaya merupakan kepemilikan kompetensi atau pengetahuan culture yang menuntun selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi tertentu, yang dilembagakan dalam bentuk kualifikasi pendidikan.
        Pendidikan memiliki peranan penting sebagai agen sosialisasi terhadap semua capital yang ada(capital manusia,social,budaya, dan simbolik), selain sebagai agen sosialisasi, pendidikan juga berperan sebagai agen hegemoni dalam capital budaya dan capital simbolik. Dengan demikian pendidikan menjadi simpul dari pertemuan semua capital yang ada.








Daftar pustaka
Munib, Achmad. 2007. Pengantar ilmu pendidikan. Sem
arang:UPT MKK Unnes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar