Pendidikan Sebagai Kapital
MAKALAH
Dosen Pengampu : Fitria Eka Wulandari ,M.Pd
Disusun
Oleh :
Kelompok
14
PROGRAM
STUDI PGSD
FAKULTAS
KEGURUAN dan ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2012
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah sosiologi
pendidikan pada program studi S1 Pendidikan dasar
Disusun
Oleh :
Kelompok
14
1.
Wahyu Niken Irbawati
NIM: 118620600137
2.
Rischa Ayuni
NIM: 118620600106
3.
Khoirul Amin
NIM: 118620600114
4.
Moh.Dicky Firmansyah
NIM: 118620600145
PROGRAM
STUDI PGSD
FAKULTAS
KEGURUAN dan ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2012
Kata
Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke
hadirat Allah SWT. Atas selesainya penulisan makalah Pendidikan Sebagai Kapital.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh
dari sempurna dan perlu perbaikan. Untuk itu, diperlukan adanya kritik dan
saran yang positif demi kesempurnaan makalah ini. Dengan adanya kritik dan
saran akan lebih memacu kami agar dapat menghasilkan suatu karya tulis yang
lebih baik lagi.
Di samping itu, tak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada Ibu Fitria Eka
Wulandari selaku dosen pembimbing
kami yang telah membantu dari awal hingga akhir dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi peserta kita semua. Amin...
Sidoarjo,10 Nopember 2012
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL.........................................................................................1
KATAPENGANTAR……………………………………………………..... .......3
DAFTAR
ISI……………………………………………………………….. .......4
BAB
I PENDAHULUAN…………………………………………………. .......5
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….. 5
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………... 6
1.3 Tujuan
Penulisan............................................................................ 6
BAB
II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 7
2.1 Pengertian kapital . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.2
Pendidikan sebagai capital manusia.
. . . . . . . . . . . . . . . 8
2.3
Pendidikan sebagai capital…………………… 11
BAB
III PENUTUP………………………………………………………… 15
3.1
Kesimpulan………………………………………………………… 15
3.2Saran……………………………………………………………….. 15
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………… 16
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam Era Globalisasi saat sekarang ini, kita dapat
melihat sekaligus merasakan semangkin ketatnya persaingan untuk
mendapatkan pekerjaan. hal ini di perburuk dengan keadaan alam yang terasa
sudah tidak menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang di perlukan oleh manusia pada
khususnya. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan
yang dapat mengolah Sumber Daya Alam (SDA) yang ada sebagai nilai guna yang
lebih. Tidak hanya pada pengolahan alam, namun terlebih lagi pada syarat-syarat
atribut yang di gunakan untuk kualifikasi dalam bidang sektor-sektor pekerjaan
yang ada. Tolak ukur yang pertama dalam kualifikasi pekerjaan adalah
pendidikan. Oleh sebab itu, semangkin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semangkin besar peluang untuk mendapat pekerjaan yang layak dan baik itulah
jawaban umum di era global saat ini. Dalam perkembangan nya dahulu, Pendidikan
dalam pandangan tradisional selama sekian dekade dipahami sebagai bentuk
pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat, dalam konteks ini
pelayanan pendidikan sebagai bagian dari public service atau jasa layanan umum
dari Negara kepada masyarakat yang tidak memberikan dampak langsung bagi
perekonomian masyarakat, sehingga pembangunan pendidikan tidak menarik untuk
menjadi tema perhatian, kedudukannya tidak mendapat perhatian menarik dalam
gerak langkah pembangunan.
Opini yang berkembang justru pembangunan sektor pendidikan hanyalah sektor
yang bersifat memakan anggaran tanpa jelas manfaatnya (terutama secara
ekonomi). Pandangan demikian membawa orang pada keraguan bahkan
ketidakpercayaan terhadap pembangunan sektor pendidikan sebagai pondasi bagi
kemajuan pembangunan disegala sektor. Ketidakyakinan ini misalnya terwujud
dalam kecilnya komitmen anggaran untuk sektor pendidikan. Mengalokasikan
anggaran untuk sektor pendidikan dianggap buang-buang uang yang tidak
bermanfaat. Akibatnya alokasi anggaran sektor pendidikan pun biasanya sisa
setelah yang lain terlebih dahulu. Cara pandang seperti itu sekarang sudah
mulai tergusur sejalan dengan ditemukannya pemikiran dan bukti ilmiah akan
peran dan fungsi vital pendidikan dalam memahami dan memposisikan manusia
sebagai kekuatan utama sekaligus prasyarat bagi kemajuan pembangunan dalam
berbagai sektor.
Konsep pendidikan sebagai sebuah investasi dalam bentuk Human Capital
(Modal Manusia) telah berkambang secara pesat dan semakin diyakini oleh setiap
Negara bahwa pembangunan sektor pendidikan untuk meningkatkan modal manusia
merupakan prasyarat kunci bagi pertumbuhan sektor-sektor pembangunan lainnya.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kapital ?
2.
Mengapa
pendidikan dikatakan sebagai kapital manusia?
3.
Mengapa
pendidikan dikatakan sebagai kapital sosial ?
1.3 Tujuan
Setiap
sesuatu yang ada didunia ini pasti mempunyai tujuan tersendiri tak terkecuali
makalah ini, yang pastinya juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh kami,
diantaranya adalah:
1.
Mengetahui
tentang pendidikan dikatakan sebagai kapital.
2.
Mengetahui
mengapa pendidikan dikatakan sebagai kapital manusia.
3.
Mengetahui
mengapa pendidikan dikatakan sebagai kapital sosial.
4.
Sebagai
pengalaman dalam dunia kepenulisan yang dituntut untuk selalu memberikan asupan
terhadap perkembangan kehidupan.
5.
Untuk
menenuhi tugas kelompok mata kuliah sosiologi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kapital
Secara
etimologis, kapital berasal dari kata “capital” yang akar katanya dari kata
latin, caput yang berarti “kepala”.
Adapun artinya dipahami pada abat ke-12 dan ke-13, adalah dana, persediaan
barang, sejumlah uang dan bunga pinjaman.
Dalam
tulisan ini, “capital” tidak
diterjemahkan sebagai modal seeprti kelaziman yang dilakukan oleh banyak orang.
Alasannya seperti yang dikemukakan oleh lawang dalam bukunya “kapital sosial: dalam perspektif sosiologik
suatu pengantar”, yaitu pertama, capital(inggris) memang berarti modal, boleh dalam bentuk yang biasanya
digunakan untuk belanja barang kapital fisik yang memungkinkan suatu investasi
dapat berjalan.
Dalam
penegertian ini tampaknya tidak ada keberatan berarti yang menyangkut
pengertian kapital. Kedua dalam bahasa indonesia orang sering menyebutnya modal
dengkul, yang artinya tidak ada uang untuk dijadikan modal bagi belanja barang
kapital fisik, kecuali tenaga orang itu sendiri, dalam penegrtian tenaga fisik,
juga dalam pengertian keterampilan atau gabungan keduanya. Oleh karena itu
kapital berhubungan dengan suatu proses yang cukup panjang, yang tidak dapat
langsung digunakan seperti halnya dengkul yang ada didepan mata dan siap di
gunakan.
Karl
marx memandang kapital sebagai satuan bentuk investasi yang diharapkan akan
meraup keuntungan dalam pasar. Dengan kata lain nilai surplus yang diperoleh kapitalisdiinvestasikannya
kembali kedalam suatu proses produksi dan sirklus komoditas agar dapat meraih
keuntungan yang lebih besar lagi lewat nilai surplus.
Gagasan
teori kapital yang dikembangkan oleh karl marx menjadi bahan mentah bagi
perkembangan teori kapital selanjutnya. Oleh karena itu salah satu ide yang
berkembang pada teori kapital berikutnya adalah melihat bahwa kapital merupakan
suatu bentuk nilai surplus dan investasi
yang diharapkan pengembaliannya seperti pendapatan, keuntungan, atau
laba dalam arti yang luas.
Pada
periode sejarah perkembangan teori neokapital, kapital berkembang dalam
berbagai bentuk dan dimensi seperti kapital manusia(human capital), kapital sosial(social
capital), kapital budaya(cultural
capital), dan kapital simbolik(symbolic
capital). Kesemua teori kapital baru ini tumbuh dan berkembang berdasarkan
gagasan awal tentang kapital, yaitu kapital dilihat sebagai suatu bentuk nilai
surplus dan investasi yang diharapkan pengembaliannya dalam berbagai bentuk
keuntungan, pendapatan, laba, perolehan, kelebihan, dan kesempatan.
2.2 Pendidikan
Sebagai Kapital Manusia
Konsep
kapital manusia (human capital) diperkenalkan oleh Theodore W.Schultz lewat
pidatonya berjudul “investment in human
capital” dihadapan para ekonom amerika pada 1960, kemudian dipublikasikan
melalui jurnal american economic review,
pada maret 1961. Sebelumnya, para ekonom hanya mengenal kapital fisik berupa
alat-alat, mesin, dan peralatan productif lainnya yang memberikan konstribusi
bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Gagasan tentang kapital manusia juga
berkembang kedalam sosiologi seperti yang dilakukan oleh parsons, coleman,
blau, dan duncan.
Gagasan
kapital yang diajukan schultz melalui “invewstment in human capital” adalah
bahwa proses pemerolehan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan bukan
sekedar sebagai suatu kegiatan konsumtif, melainkan suatu bentuk investasi
sumber daya manusia (SDM) pendidikan, sebagai salah satu wujud sarana
pembangunan kualitas manusia, memiliki kontribusi langsung terhadap pertumbuhan
pendapatan negara melalui peningkatan keterampulan dan kemampuan produksi dari
tenaga kerja.
a)
Pengertian kapital manusia.
Dari gagasan awal kapital manusia yang diajukan oleh
Schultz tersebut telah berkembang berbagai batasan penegertian (definisi)
tentang kapital manusia.
Ace suryadi dalam bukunya “pendidikan, investasi SDM
dan Pembangunan” menemukan bahwa kapital manusia menunjuk pada tenaga kerja
yang merupakan pemegang kapital sebagaimana tercermin didalam keterampilan,
pengetahuan, dan productivitas kerja seseorang.
Selain itu Elinor Ostrom melihat kapital manusia
sebagai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh seseorang yang diperlukan
untuk melakukan suatu kegiatan.
Sementara Robert M.Z. Lawang merumuskan kapital
manusia sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang melalui pendidikan,
pelatihan, dan /atau pengalaman dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan yang
perlu untuk melakukan kegiatan tertentu.
Dari beberapa rumusan kapital manusia tersebut
diatas tidak tampak perbedaan yang mencolok diantara satu sama lain. Kapital
manusia diciptakan dengan mengubah manusia dengan memberikan mereka
keterampilan dan kemampuan yang memampukan mereka bertindak dengan cara-cara
baru. Kapital fisik berjuwud. Ia diwujudkan dalam bentuk materi yang jelas.
Adapun kapital manusia tidak berwujud, ia diwujudkan dalam keterampilan dan
pengetahuan yang dipelajari oleh individu.
b)
Perkembangan teori kapital manusia.
Akar perkembangan teori kapital manusia dapat
ditelusuri dalam pemikiran peletak dasar ilmu ekonomi modern, yaitu Adam Smith.
Menurut Adam Smith seperti yang dikatakan oleh suryadi, kapital manusia terdiri
atas kemampuan dan kecakapan yang diperoleh semua anggota masyarakat.
Pemerolehan kemampuan, yang dapat dilakukan melalui pendidikan, belajar
sendiri, atau belajar sambil bekerja memerlukan biaya yang harus dibayar oleh
orang yang bersangkutan . menurut Smith , lanjutan Suryadi, kemampuan dan
keterampilan mennggunakan mesin-mesin sama pentingnya dan mahalnya dengan
mesin-mesin itu sendiri. Kemampuan dan keterampilan ini, oleh sebab itu dapat
dipandang sebagai kapital.
Theodore W.Schultz memberikan batasan yang tegas apa
yang disebut dengan kapital manusia. Gagasan Schultz tentang kapital manusia
ini telah memberikan motivasi bagi para ekonom untuk mengembangkan studi lebih
lanjut tentang kapital manusia.
Teori kapital manusia. Seperti teori yang lainnya,
menuai beberapa kritikan. Ace Suryadi menemukan beberapa kritikan yang
ditunjukan pada teori kapital manusia dan dikelompokkan kedalam empat kelompok
besar yaitu:
1)
Pengaruh tidak langsung. Suryadi
mendapatkan penelitian herbert gintis yang menemukan bahwa pendidikan atau
latihan memang penting bagi tenaga kerja, tetapi tidak secara langsung dalam
pengembangan keterampilan dan kemampuan.
2)
Efek kredesianlisme. Suryadi selanjutnya
menemukan bahwa perluasan pendidikan hanya memberikan pengaruh yang snagat
kecil terhadap productivitas tenaga kerja. Perluasan kesempatan pendidikan
justru menyebabkan pasokan berlebih tenaga kerja terdidik dengan rentangan
kualifikasi tenaga kerja yang semakin besar karena sertifikasi pendidikan telah
dilegitimasikan sebagai syarat penting untuk mendapat pekerjaan.
3)
Asumsi. Suryadi menyebutkan bahwa
pendidikan dipandang sebagai screening device, karena pendidikan tidak langsung
meningkatkan productivitas dan keterampilan lulusan sebagai calon pegawai.
4)
Regularitas. Menurut Suryadi keteraturan
atau regularitas dala penemuan-penemuan penelitian tentang kapital manusia
tidak dapat digeneralisasikan karena snagat bergantung pada karakteristik dan
sigmen masyarakat.
c)
Pendidikan sebagai kapital manusia.
dari pengertian konsep dsn teori kapital manusia
yang berkembang bahwa pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan atribut serupa
lainnya yang diperoleh seseorang yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan
dalam kehidupannya dapat diperoleh melalui berbagai pendidikan, yaitu
pendidikan formal seeprti disekolah, pendidikan nonformal seeprti pada tempat
kursus maupun pendidikan informal seeprti belajar lifeskill di surau. Kesemua
pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan atribut lainnya ini dipandang sebagai
kapital manusia.
Pengakuan kepemilikan kapital manusia berupa
pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan atribut lainnya di wujudkan dalam cara
yang berbeda. Pengakuan terhadap kapital manusia yang diperoleh melalui
pendidikan formal diwujudkan dalam bentuk ijazah pendidikan. Pengakuan terhadap
kapital manusia yang didapatkan lewat pendidikan nonformal ditunjukan oleh
pemerintah lewat sertifikat yang dimiliki. Sementara pengakuan terhadap kapital
manusia yang didapatkan lewat pendidikan informal biasanya tidak melalui ijazah
atau sertifikat yang dimiliki tetapi cenderung bersifat informal.
2.3 Pendidikan Sebagai Kapital Sosial
1. Pengertian kapital sosial
` Berikut beberapa pengertian
yang dikemukakan beberapa ahli tentang kapital sosial.
v
Piere Bourdieu (1986), mendefinisikan
kapital sosial sebagai “sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki oleh
seseorang berasal dari jaringan sosial yang terlembaga serta berlangsung
terus-menerus dalam bentuk pengakuan dan perkenalan timbal balik (dengan kata
lain,kengaggotaan dalam kelompok sosial) yang memberikan kepada anggotanya
berbagai bentuk dukungan kolektif”.
v
James Coleman (2008:268), merumuskan pengertian
kapital sosial sebagai “ seperangkat sumber daya yang inheren dalam hubungan
keluarga dan dalam organisasi sosial komunitas serta sangat berguna bagi
pengembangan kognitif dan sosial seorang anak”.
v
Jonathan H.Tuner berpendapat bahwa
kapital sosial menunjuk pada kekuatan yang meningkatkan pontensial untuk
perkembangan ekonomi dalam suatu masyarakat dengan menciptakan dan
mempertahankan hubungan sosial dan pola organisasi sosial.
v
Robert M.Z.Lawang seorang sosiolog
indonesia mendefinisikan kapital sosial sebagai semua kekuatan sosial komunitas
yang dikonstruksikan oleh individu atau kelompok dengan mengacu pada struktur
sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individu atau
kelompok secara efisien dan efektif dengan kepital lainnya.
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kapital sosial merupakan investasi sosial yang meliputi sumber daya sosial
seperti jaringan, kepercayaan, nilai, dan norma serta kekuatan menggerakan
,dalam struktur hubungan sosial untuk mencapai tujuan individual atau kelompok
secara efektif dan efisien dengan kapital lainnya.
2. Kontroversi Pemahaman Kapital Sosial
Konsep
kapital sosial merujuk pada kemampuan individu untuk memodilisasi sumber-sumber
langkah terhadap permintaan. Sumber langkah ini memiliki karakteristik sebagai
“hadiah” , sebab sumber ini tidak diharapkan untuk dibayar dalam sejumlah uang
atau nilai lainnya pada periode masa tersebut. Sumber yang diperoleh lewat
kapital sosial tersebut sering mengandung harapan resiprositas pada bentuk yang
sama dimasa datang. Protes mengajukan empat sumber kapital sosial yaitu nilai,
solidaritas, resiprositas, dan kepercayaan. Mendidik anak sampai “berhasil”
sesuai dengan kemampuan misalnya merupakan suatu nilai yang hampir ditemukan
pada semua suku bangsa didunia. Mendidik anak itu sendiri bukan merupakan
kapital sosial, tetapi sumber dari kapital yang dilandaskan nilai yang diterima
umum dalam masyarakat. Adapun sosial kapital adalah kemampuan seseorang untuk
mendidik anak sehingga berhasil. Keberhasilan itu pada akhirnya membuat orang
ini pada masa datang menerima “sesuatu” dari anak, kelakuan sosial yang baik
dimasa tua.
Ringkasannya
dapat dilihat dari tabel
Tabel
kapital sosial dan tipe-tipenya menurut portes:
sumber
|
Motivasi donor
|
Alasan
|
contoh
|
nilai
|
altruistik
|
Moral umum yang imperatif
|
Pemberian orang tua pada anak
|
solidaritas
|
altruistik
|
Identifikasi dengan kebutuhan
dan tujuan kelompok dalam
|
Pemberian pada orangs
ekampung
|
resiprositas
|
instrumental
|
Harapan kembalian yang
sepadan dimasa datang.
|
Informasi bisnis .
|
kepercayaan
|
instrumental
|
Harapan status komunitas yang
lebih tinggi dan kembalian yang spadan dimasa datang yang tunduk pada sanksi
kolektif.
|
. Jaminan utang pada orang
sekampung atau sedaerah
|
Investasi
sosial disini adalah sumber daya sosial seperti jaringan, kepercayaan, nilai
dan norma serta kekuatan menggerakan. Kapital sebagai investasi sosial memiliki
aspek statis dan dinamis. Aspek statis dan dinamis dari kapital sosial bagaikan
dua sisi yang berbeda dari koin mata uang yang sama. Aspek statis dari kapital
sosial adalah sumber daya sosial. Sedangkan aspek dinamisnya adalah kekuatan
menggerakan.
Jaringan
sosial merupakan hubungan antar individu yang memiliki makna subjektif yang
berhubungan atau dikaitkan dengan sesuatu sebagai simpul dan kaitan . simpul
dilihat melalui aktor individu di dalam jaringan . sedangkan ikatan merupakan
hubungan antar para aktor ini. Jaringan dikatakan sebagai sumber daya dari
kapital sosial karena dengan kepemilikan “hubungan antara individu yang memiliki makna subyektif
yang berhubungan atau dikaitkan dengan sesuatu sebagai simpul dan ikatan “maka
para aktor memiliki sesuatu kapital yang mampu diisvestasikan dalam suatu
struktur hubungan sosial. Kepercayaan merupakan “kecenderungan prilaku tertentu
yang dapat mengurangi resiko yang muncul dari perilakunya.
Definisi
kepercayaan yang tidak dikaitkan dengan resiko, juga dikemukakan oleh jucker
(1986). Jucker memberi batasan keeprcayaan sebagai “seperangkat harapan yang
dimiliki bersama sama oleh semua yang berada dalam pertukaran”.
Nilai-nilai
yang dapat menjadi sumber kapital sosial banyak, namun dari sekian banyak sumber
kapital sosial yang relevan dengan study sosiologi pendidikan adalah
kepercayaan, resiprositas, dan rasa tanggung jawab. Dalam konteks kapital
sosial , norma tidak dsapat dilepaskan dengan jaringan , kepercayaan , dan
nilai.
3..
pendidikan sebagai kapital sosial.
Mengikuti
pendidikan formal dan informal, seseorang dapat memperoleh segala sumber daya
sosial seperti jaringan, kepercayaan, nilai dan norma. Contohnya ketika seorang
menyelesaikan study disuatu tingkat pendidikan (SD – PERGURUAN TINGGI) ,segera
dia memperoleh predikat sebagai alumi dari suatu lembaga pendidikan formal
dimana dia belajar. Sumber daya sosial sebagai alumni dari suatu lembaga
pendidikan formal, bila mampu mengelolanya menjadi suatu jaringan sosial sesama
alumni maka ia akan menjadi kapital sosial. Kapital sosial yang diolah dari
sumber daya jaringan alumni akan bertambah kuat bila orang tersebut mampu pula
menciptakan suatu derajad kepercayaan antara dia dan para alumni lainnya.
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan.
Capital manusia diciptakan dengan mengubah manusia dengan memberikan mereka
keterampilan dan kemampuan yang memampukan mereka bertindak dengan cara-cara
baru. Capital fisik berwujud, ia diwujudkan dalam bentuk materi yang jelas.
Adapun capital manusia tidak berwujud, diwujudkan dalam keterampilan dan
pengetahuan yang dipelajari individu. Capital fisik memudahkan aktivitas
produktif, begitu juga capital manusia
Kapital social adalah investasi social yang meliputi
sumber daya social seperti jaringan, kepercayaan, nilai, dan norma serta
kekuatan menggerakkan, dalam struktur hubungan social untuk mencapai tujuan
individual dan atau kelompok secara efisien dan efektif dengan capital lainnya.
Dari pendapat beberapa ahli mengenai capital budaya,
dapat disimpulkan bahwa capital budaya merupakan kepemilikan kompetensi atau
pengetahuan culture yang menuntun selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi
tertentu, yang dilembagakan dalam bentuk kualifikasi pendidikan.
Pendidikan memiliki peranan penting sebagai agen sosialisasi terhadap semua
capital yang ada(capital manusia,social,budaya, dan simbolik), selain sebagai
agen sosialisasi, pendidikan juga berperan sebagai agen hegemoni dalam capital
budaya dan capital simbolik. Dengan demikian pendidikan menjadi simpul dari
pertemuan semua capital yang ada.
Daftar pustaka
Munib, Achmad. 2007. Pengantar ilmu
pendidikan. Sem
arang:UPT MKK Unnes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar